Cerbung: Pulanglah (1)

Pulanglah..... Kan Ku Hidangkan Sepiring Cinta Untukmu


            Di Cape Town ini kami duduk mengelilingi api unggun. Kami mulai mempersiapkan untuk besok akan melanjutkan pendakian. Aku dan Cipto telah sepakat, besok akan bertemu seorang guide yang merupakan penduduk lokal. Rombongan ini terdiri atas Alex dan Lucy pasangan dari Inggris, dan Darwin seorang jurnalis dari Vietnam. Aku lupa menjelaskan, siapa sebenarnya itu ‘kami’. Kami adalah Aku dan Cipto, pemuda tanggung dari Indonesia. Kami begitu bangga mengendong tas punggung yang tingginya melebihi kepala untuk melakukan perjalanan pertama ke luar negeri, ke Afrika lagi coy.
Sumber foto: http://infokampsuy.com/

            Kami berdua memang sejoli, tentu saja dalam artian teman baik, tak ada yang spesial atau lebih. Semenjak semester awal, setiap menemukan jeda kuliah, kami langsung mengemas ransel untuk melakukan perjalanan. Tak jarang masa jeda itu kami buat sendiri, lumayanlah 2 s.d. 3 hari dari jadwal mata kuliah. Kebanyakan untuk menikmati pemandangan alam di Indonesia, dari gunung, pegunungan, danau, pedesaan sekali-kali kota wisata yang sarat budaya. Kami begitu ketagihan untuk terus berpetualang, menikmati keindahan alam dan bertemu orang-orang baru. Maka setelah 5 tahun berjibaku dengan diktat, buku, dan tugas, kami pun mempersiapkan perjalanan impian, AFRIKA.

            Begitu lulus sidang skripsi, tiket pun langsung dipesan, ajib. Tak satu hal pun yang bisa mencegah kami lagi. Khas backpaker, kami segera meninggalkan Indonesia. Berbekal uang tabungan pas-pasan dari kerja serabutan, juga gadget pintar untuk mencari semua informasi penting.

“Are you couple guys?” Lucy bertanya lugu. Damn ni cewek kalau aja bukan perempuan pasti udah gue semprot. Bahkan Cipto yang begitu kaget dengan pertanyaan itu, tersedak dengan kopi yang diminumnya.
“No, we don’t.” Kujawab dengan Bahasa Inggris sekenanya, plus cengengesan.
“Dear, that not proper question. That they privacy.” Betol tu kata suamimu, mungkin Lucy kehabisan bahan pembicaraan. Tapi, THEY PRIVACY, sekarang aku sebel dengan pasangan ini. 

            Hal ini sudah diperingatakan oleh seorang sohib yang masih tertinggal di Indonesia. Dia begitu kecewa karena hanya kami yang berangkat berdua.
“Berdua aja. Ati-ati ntar dikiraain kalian kopel loh.” Ia sengit memperingatkan, walaupun kami hanya menertawakan karena beranggapan itu adalah ekspresi rasa irinya.
“Selesain dulu tuh skripsi lo, jangan cuma dijadiin ganjelan pintu.”  Cipto turut membalas.
Terbukti semua perkataannya itu  setelah kami dalam pergaulan internasional, ah lebay.
“Hahaha... kalian lucu, coba lihat ekspresi kalian.” Darwin tau kami kesal, kami bertemu dengannya sudah 2 hari yang lalu. Ia menjadi saksi, betapa banyaknya pikiran yang sama dengan pikiran Lucy. Mungkin juga dalam benaknya. “Kalian terllihat saling melengkapi loh.” Aksen Inggrisnya membuatku hanya menanggkap makna sederhana dari kalimatnya. Hah apanya???

2 comments:

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...