Cerpen: Maaf


Pagi ini, saya membuka-buka beberapa file lama, ketemu sebuah cerpen yang saya buat sendiri untuk pembelajaran di kelas. Cerpen ini juga pernah saya coba kirim ke sebuah majalah anak, nasib belum dimuat. Selamat membaca.



           Sumber Gambar: www.andreskwon.com
 Salam terdengar membahana di ruang tamu. Dani yang semula tampak serius lekas menjawab salam dan bergegas membuka pintu. Ternyata di ambang pintu telah berdiri ayah yang tersenyum dalam letihnya sepulang kerja. Dani segera mengambil tas dan mencium tangan ayah. Ayah tersenyum makin lebar sambil mengacak-acak rambut anak sulungnya.

            Hari ini, tak tampak seperti biasanya Ayah begitu lelah. Pria tersebut langsung merbahkan diri di sofa yang empuk. Sekali-kali dia menghela nafas seolah-olah ingin melepas beban berat. Dani tetap asyik membaca majalah, ia asyik membaca profil klub sepak bola favoritnya. Tak lama, ibu keluar membawakan air untuk ayah.
“Ayah kenapa? Hari ini tampak begitu lelah?” Ibu berusaha mengawali percakapan.
“Tadi Ayah membantu teman. Kasihan sekali Pak Burhan,” ujar ayah.
Pak Burhan, Dani terkejut. Ia jadi teringat peristiwa sepulang sekolah tadi. Ia ingat ketika diminta temannya yang berbeda sekolah untuk mengerjai seorang guru killer. Dani dan Toni kemudian menancapkan sebuah paku di ban belakang vespa.
“Gara-gara dia, aku jadi tidak diperbolehkan  orang tuaku untuk menonton pertandingan Liga Inggris. Dasar!” Tutur rekannya memberikan alasan. 

            Setelah melakukan aksi membela teman itu. Dani bertemu dengan teman yang lain. Ia begitu terkejut mendengar cerita dari teman yang satu sekolah dengan Toni bahwa Pak Burhan adalah seorang guru yang perhatian kepada siswanya. Pak Burhan memang  tampak galak di luar. Biasanya setiap hari Pak Burhan berhadapan dengan siswa-siswa yang terlambat. Ia ingat bahwa Toni memang selalu bangun kesiangan jika menonton pertandingan bola. Pantas saja, Toni dikenai hukuman pasti karena kesalahannya sendiri. Dani jadi begitu merasa bersalah.

            Rasa bersalah Dani makin besar ketika mengetahui bahwa Pak Burhan tadi siang bergegas ke rumah sakit. Ternyata, anaknya sedang diopname. Didorong rasa bersalahnya Dani lekas melompat dari dudukannya. Ia bersimpuh  di kaki ayah sambil meminta maaf.
...
            Sore harinya, Ayah ditemani Dani menjenguk anak Pak Burhan. Bocah kecil itu tampak tirus dan pucat. Pak Burhan yang tampak tak kalah lesu karena kelelahan, tetap berjaga di samping ranjang. Ia tersenyum dan menyambut tamunya ramah.
“Ayo... Dani, sampaikan langsung kepada Pak Burhan, Ayah bangga punya anak pemberani sepertimu.” 

           

No comments:

Post a Comment

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...