Resensi SEPOK 2

Menulis lagi...
Sudah bertahun-tahun rasanya tidak tenggelam dalam mata kuliah sastra. Jadi, terserah deh coretan yang satu ini mau dibilang resensi atau riview.Saya lagi malas banget, mengait-kaitkan dengan teori. Yang penting--buat saya—ini coretan dari hati tentang buku berjudul “Sepok 2” karya Pay Jarot Sujarwo (pay-jarotsujarwo.blogspot.com). Buku yang telah menyiram rindu di hati yang gersang. Eaaakkkk....



Baru beberapa paragraf membaca, saya langsung setuju dengan 1 endorsement di buku ini. Ada perasaan mendengarkan tuturan orang sekampung. Perasaan begitu dekat dengan Ponti1 tercinta. Walaupun kamek2 ni bukan budak3 Kampong Arang4. hehehe.... Tapi bisa dibilang Kampong Arang sebagai tempat bermain saya juga. Sebagai warga asli yang juga turut mengecap air Kapuas5, namun sekarang berdomisili di pulau lain, buku ini bagai cahaya terang yang membawa kembali memori indah tentang masa lalu. Saya menjadi bisa jadi tambah sentimentil mengenang kampung halaman.

Buku yang bertutur tentang pengalaman penulis dari Kampung Arang hingga Belanda ini ternyata turut membawa aneka semangat. Semangat yang perlu kita tiru dari si penulis. Semangat untuk selalu maju, semangat untuk membiasakan diri, menanamkan sifat anti jadi katak dalam tempurung. Banyak yang dilihat, banyak pula yang bisa dipelajari. Bahwa segalanya akan mungkin kalo ada cita, tak peduli latar kita. Bukan tempat tembunikita ditanam yang menentukan panjangnya langkah yang akan melayang. Akan tetapi, sudut pandanglah yang mengekang.
Sumber gambar: gantibaju.com

Itu pendapat saya, boleh setuju, boleh tidak. ^^v
Gaya penceritaan yang ringan membuat kita tak berat untuk terus membaca. Ada efek semuanya mengalir begitu saja dari cerita seorang teman. Tapi, saya juga tidak tahu respon dari pembaca yang punya latar budaya berbeda, yang bukan Melayu Pontianak.
Selain apik menceritakan budaya melayu dalam cakup Kampong Arang, sebagai tempat penulis dibesarkan. Bang Pay juga sukses mengambarkan budaya dari masyarakat Belanda. Tidak hanya info terkait beberapa budaya pop yang mendunia tapi juga masuk pada karakter warganya. Yang satu diantaranya suke nak merepet7, hahaha tak ngire8
gak saye. Kalau nengok9 dari tipi10 tu, orang-orang Eropa selalu tampak anggun...

Dari memoar ini, pembaca juga akan menemukan repetan khas pengunjung warung kopi, omelan yang sebenarnyamembikin pusing saja dan darah tinggi bagi yang mendengarkan. Tapi untungnya, hal itu juga disampaikan dalam kapasitas seorang penulis, penulis yang memiliki tanggung jawab sosial.


1) Singkatan dari Pontianak, biasa digunakan oleh warga di luar kota Pontianak.
2)Saya
3) Anak
4) Suatu daerah di Kab. Kubu Raya, Kalbar. Menurut sejarah daerah ini pernah terkena jatuhnya bom oleh penjajah sehingga seluruh hunian menjadi arang.
5) Sungai Kapuas
6) Tali pusat
7) Gemar mengomel
8) mengira
9) melihat
10) TV


No comments:

Post a Comment

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...