Tenun Ikat Dayak Desa: Review Buku

Oleh-oleh atau buah tangan dari suatu perjalanan pasti merupakan hal yang begitu ditunggu. Ini yang saya dapatkan setelah bekunjung dari Rumah Panjang Desa Ensaid Kec. Kelam. Banyak hal yang saya temui, yang nanti akan dibahas pada tulisan sendiri. Nah, setelah berbulan-bulan ke depan, saya dan teman-teman berkunjung ke Yayasan Kobus di Sintang. Ini juga luar biasa banget, ntar diceritain rinci di tulisan lain. Di bagian dalam terdapat Dekranasda Sintang, yang memfasilitasi pengrajin untuk menitipkan karya mereka di sana.
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
Saat saya bertugas di Sintang, Kalbar, dengan bangga saya bisa menemukan kerajinan tenun ikat Dayak. Batik dan tenun sudah menjadi ikon yang dimiliki oleh Indonesia. Setiap daerah mempunyai ciri yang khas. Nah, Lebih senangnya lagi saya bisa menemukan sebuah buku tentang itu. Buku ini kemudian langsung saja saya beli.
Tenun Ikat Dayak Desa, berisi berbagai motif dan cerita seputar pembuatan tenun. Buku setebal 191 halaman ini, penuh dengan ilustrasi motif yang dibuat untuk si tenun ikat. Saya mulai mengerti beberapa motif favorit yang sering dibuat, seperti sampan, biji belian, buaya, rebung, dan naga. Buku ini juga menceritakan tentang asal usul seorang pengrajin bisa membuat suatu motif.  Hal ini bisa didasari oleh mimpi sebelumnya atau cerita-cerita rakyat yang ada. Selain itu, ada beberapa motif hanya bisa ditenun oleh pengrajin yang telah memenuhi  syarat tertentu. Khusus untuk ini, motif tersebut ternyata dianggap begitu sakral, misalnya raja ular, buaya, dan hantu.
Hasil tenun yang begitu khas dari tenun ikat ini adalah kekayaan perpaduan motif yang ada. Masing-masing pengrajin memiliki perpaduan motif yang begitu beraneka ragam. Ada beberapa motif yang dijadikan motif utama dan motif pembingkai. Misalnya saja, yang biasa dijadikan motif pembingkai adalah rebung, rotan, dan biji beras. Bisa saja pengrajin A akan memakai semua motif, tapi bisa juga hanya memilih satu di antaranya. Hal ini menyebabkan tenun ikat Dayak desa ini, begitu bervariasi. Warna yang digunakan merupakan ciri khas khas yang mencolok. Hitam, merah, dan putih adalah warna yang digunakan bertujuan untuk memberi semangat.
Hal lain yang juga dibahas adalah ritual yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu pengrajin.   Buku ini juga menyajikan foto ilustrasi hasil tenun yang luar biasa memuaskan. Semoga buku yang diterbitkan pada 2014 (program Bersama Dekranasda, Yayasan Kobus, dan Koperasi Jasa Menenun Mandiri) ini bisa menambah wawasan akan kain tenun Indonesia, bagi siapapun penggemar kerajinan ini. Selamat membaca.

No comments:

Post a Comment

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...