Spanyol dalam Kumpulan 17 Cerpen Terbaik Hemingway: resensi

Mimetik, merupakan refleksi  dunia nyata yang dapat kita baca pada suatu karya sastra. Seperti halnya latar pada kumpulan cerpen ini, yang membuat pembaca masuk pada segmen-segmen layaknya di kehidupan sehari-hari. Latar tidak hanya berlaku secara gamblang sebagai tempat dan waktu terjadinya peristiwa, tapi juga budaya, kebiasaan, dan perilaku yang terjadi. Hemingway merupakan sastrawan dengan nama besar tingkat dunia. Karya-karyanya juga sudah tidak diragukan lagi. Saya pribadi lebih gemar pada tulisan beliau yang berbentuk cerpen, yang tentu saja lebih mudah dinikmati. Secara spesifik, saya akan bercerita tentang latar Spanyol dalam 2 cerpen yang ditulis Hemingway.
sumber foto: dokumen pribadi

Buku ini diklaim berisi 17 cerita terbaik dari si penulis. Tidak ada keterangan lain yang bisa saya dapat karena di buku tidak terdapat pengantar.Tidak ada basa-basi, langsung saja menyajikan info, daftar isi, cerpen-cerpen, dan profil penulis.  Cerpen pertama berjudul Ibu Kota Dunia, kalimat pertamanya tertulis “Madrid penuh dengan anak laki-laki bernama Paco,….” statement yang tegas tentang lokasi kita bepergian lewat karya tersebut. Pada cerpen Yang Tak terkalahkan, deskripsi  awal disajikan berbeda lewat tokoh, “Manuel Garcia menaiki tangga menuju kantor Don Miguel Retana”. Walaupun tak secara gamblang menyebut nama lokasi seperti cerpen pertama, tetap juga kan unsur Spanyol terasa kental.


Saya begitu terkesan karena tidak hanya latar tempat yang dideskripsikan secara apik, tapi budaya pemujaan terhadap matador juga tergambar jelas. Dari dua cerpen tersebut tergambar kebanggaan yang tidak hanya dimiliki oleh aktor pelaku pertunjukan matador tapi juga dari kalangan luar, dari masyarakat umum. Pada cerpen pertama, tergambar dengan jelas seorang bocah pelayan dari desa yang memiliki cita-cita sebagai matador, yang menjadi sorotan utama. Bocah tersebut bekerja di sebuah pengginapan berisi pekerja-pekerja yang beratraksi di dalam arena. Cerpen kedua, bercerita tentang seorang veteran matador yang berusaha mendapatkan kembali kebanggaannya.

Lewat cerpen-cerpen ini, pembaca diajak melihat sisi lain dunia matador. Selain dunia yang penuh keglamoran dan kejayaan ternyata ada juga sisi berkebalikan. Tentunya keapikan Hemingway mendeskripsikan peristiwa sudah tidak diragukan lagi. Termasuk sebuah aksi bergelut dengan banteng di tengah arena. Hemingway juga menyajikan alur yang luar biasa, termasuk eksekusi ending yang mantaapp. Bravo sinyor!!!

No comments:

Post a Comment

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...