Pemuda itu berlari ke sana ke mari
Ia menggigil ketakutan
Ampun...ampun! teriaknya mengelak
Gigilnya semakin hebat saat amukan memuncak
“Maaf!” teriakknya dalam rintihan
Nyalinya sudah begitu ciut
Tatapan garang dan sinis tak henti terhujam
padanya
Bahkan saat emas dan perak terus mengalir
Lopo benar-benar bingung
Kerutan terus bertambah di dahinya
Orang tuanya kian menangis
Hati telah menjadi buas
Maka tiada lagi yang ditakuti
Gagah ia membelah rimba
Melangkah gunung
Letih mulai ia merasa
Nasib mempertemukannya dengan orang sakti
Ia diperintah ke gunung gantung
Menyangganya atau nyawanya melayang
Asa yang dapat diraih
Terus disesali dalam tangis
Tak disangka alam datang membantu
Serangga yang tak dianggap, membantu
Suling bambu pun membuat gunung membatu
Seorang gadis akan disunting
Tapi kecantikan menuntut pengorbanan
Maka Lopo berputar dalam perlawanan
Ia menendang, meninju...
Mengelak, kembali lagi berputar
Pemuda itu telah menjelma menjadi satria
Maka tak ada yang dapat menghalangi
Akhirnya tak ada lagi tangis
Karena asa memang tak dapat ditangkis
No comments:
Post a Comment