Ada sebuah buku menarik yang saya temukan dan kemudian
dibaca. Saking menariknya, saya langsung ingin membagi cerita kepada khalayak
ramai.
Buku tersebut berjudul The
Craft of Research berisikan kiat-kiat dalam penulisan hasil penelitian.
Selain itu, isi buku tersebut juga dapat diimplementasikan pada berbagai
tulisan yang sifatnya umum. Di tengah kekalutan menyelesaikan skripsi dan
dikemelut buku-buku yang melabel diri dengan “cara-cara jitu menulis”, buku
tersebut bak oase di padang pasir.
Oke, saya langsung saja pada esensi di bagian pertama.
Penelitian, Peneliti,
dan Pembaca
Langkah I
Semua
adalah hal di awang-awang sampai dinyatakan dalam tulisan. Jadi, MULAI
SAJALAH...
“Akan ada perasaan yang
berkemelut campur aduk, ada kalanya kita tergoda untuk
memanipulasi—meninggalkan kejujuran—. Kerja keras yang dilakukan dan hasrat
kegigihan mencari juga akan dibayang-bayangi frustrasi lalu bergumul dengan
rendah diri. Namun, setelah semua selesai dilalui akan ada sebuah senyum tanda
kepuasan yang tak ternilai. J
“
Untuk menyatakan kesemua hal itu tidaklah mudah karena ada
proses memulai dan menyelesaikan. Akan tetapi, akan lebih efisien untuk
menyegerakan.
Nampaknya, langkah pertama ini merupakan hal terpenting dari
keseluruhan langkah. Percuma saja berlapis-lapis teori mantap ada di benak jika
hanya menunggu untuk dilupakan.
Hal ini juga masalah mendasar yang dialami banyak orang. Di
luar sana mereka sibuk mencari bermacam-macam alasan yang cendrung mendatangkan
kambing hitam. (Sepertinya saya juga, mbek...mbek...).
Akan saya bagikan juga beberapa versi memulai yang saya
dapat dari beberapa tokoh dalam dunia
kepenulisan. Ada yang saya dapat secara langsung ataupun lewat karya tulisannya.
Untuk diperhatikan dengan intensif bahwa esensinya (insyallah) masih sama, cuma
penyampaian dengan gaya saya..
1.
Arswendo. A
“Mulai
saja.”
...
“Mulailah...”
...
“Bandel
ya... MULAI!”
2.
Quantum Learning
“Jika menulis segampang berbicara, rekam
saja pembicaraan anda lalu tulislah.”
3.
Raditya Dika
“Tuliskan saja segala yang ada di kepala,
curahkan isi perasaanmu. Walaupun itu adalah perasaan malas atau tidak mud
untuk menulis. Yang penting elo
nulis, jangan pikirkan hasilnya.”
4.
Kang Abib
“Saya bahkan tidak tahu apa yang akan saya
lakukan tanpa menulis karena merupakan pekerjaan yang memberikan penghasilan
bagi saya.” Beliau menutup pernyataan dengan tersenyum santun.
“Jadi saya mencari motivasi kuat, alasan
saya menulis.”
5.
Djenar Maesa Ayu
Djenar... satu nama untuk rutinitas dalam
kepenulisan, rutinitas yang dimulai pukul 08.00 tiap pagi.
6.
Nuryani (ini saya loh...:)
Akan ada hasrat mengebu-gebu terkait
tulisan yang terjadi pada diri saya. Jika terlibat dengan hal-hal berikut.
1)
Setelah selesai atau ketika membaca buku bagus.
2)
Keluar dari rutinitas, khususnya jika masuk
kondisi baru yang fresh terkait liburan dan pemandangan indah.
3)
Menunggu
Upaya membunuh waktu saya akan mencoret sedikit-sedikit (ini alasan
kenapa saya perlu iphone).
Maka, mari menulis!
Yak, tepat sekali. Kita bisa tuliskan yg kita ucapkan, tuliskan yg kita dengar, tuliskan yg kita lihat, alami dan rasakan. Banyaaaak sekali yg bisa jadi tema tulisan ^^
ReplyDeleteyup... tpat sekali ibu guru...
Deleteaplg klo punya semangat menggebu2...
andai menulis segampang berbicara :)
ReplyDeletegampang kok...individuny aj yg suka bkin ribet. yg ptng 'action', coba aj direkam dlu, llu dtulis ulang. smngat! ^_^V
Delete