Oleh-oleh atau buah tangan dari suatu
perjalanan pasti merupakan hal yang begitu ditunggu. Ini yang saya dapatkan
setelah bekunjung dari Rumah Panjang Desa Ensaid Kec. Kelam. Banyak hal yang
saya temui, yang nanti akan dibahas pada tulisan sendiri. Nah, setelah
berbulan-bulan ke depan, saya dan teman-teman berkunjung ke Yayasan Kobus di
Sintang. Ini juga luar biasa banget, ntar diceritain rinci di tulisan lain.
Di bagian dalam terdapat Dekranasda Sintang, yang memfasilitasi pengrajin untuk
menitipkan karya mereka di sana.
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
Saat saya bertugas di Sintang, Kalbar, dengan
bangga saya bisa menemukan kerajinan tenun ikat Dayak. Batik dan tenun sudah
menjadi ikon yang dimiliki oleh Indonesia. Setiap daerah mempunyai ciri yang
khas. Nah, Lebih senangnya lagi saya bisa menemukan sebuah buku tentang itu. Buku
ini kemudian langsung saja saya beli.
Hasil tenun yang begitu khas dari tenun ikat
ini adalah kekayaan perpaduan motif yang ada. Masing-masing pengrajin memiliki
perpaduan motif yang begitu beraneka ragam. Ada beberapa motif yang dijadikan
motif utama dan motif pembingkai. Misalnya saja, yang biasa dijadikan motif
pembingkai adalah rebung, rotan, dan biji beras. Bisa saja pengrajin A akan
memakai semua motif, tapi bisa juga hanya memilih satu di antaranya. Hal ini
menyebabkan tenun ikat Dayak desa ini, begitu bervariasi. Warna yang digunakan
merupakan ciri khas khas yang mencolok. Hitam, merah, dan putih adalah warna
yang digunakan bertujuan untuk memberi semangat.
Hal lain
yang juga dibahas adalah ritual yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu pengrajin. Buku
ini juga menyajikan foto ilustrasi hasil tenun yang luar biasa memuaskan.
Semoga buku yang diterbitkan pada 2014 (program Bersama Dekranasda, Yayasan Kobus, dan Koperasi Jasa Menenun Mandiri) ini bisa menambah wawasan akan kain
tenun Indonesia, bagi siapapun penggemar kerajinan ini. Selamat membaca.
No comments:
Post a Comment