Apa itu sastra? Pertanyaan yang tidak akan dapat saya lupakan karena merupakan tugas esai pertama saat menjadi mahasiswa. Begitu pula pernyataan pakar dalam sebuah buku teori bahwa “pendefinisian sastra akan terus berlanjut, tak pernah berhenti, dinamis.” Saya tentu masih ingat tekanan yang diterima dalam lingkungan kami, yang belum apa-apa saja sudah dibayangi oleh kekhawatiran tidak lulus mata kuliah. Juga, upaya saya dalam menulis esai dibantu mesin tik yang membuat jari-jari telunjuk begitu menderita. Maka, waktu yang berselang akan menjawab terdengar sebagai alasan kemalasan.
Semua orang, pasti memiliki kebebasan untuk menuangkan ide. Bagi saya, sastra terlalu dangkal penafsirannya jika dirunut dari pembentukan dan asal muasal kata tersebut. Terlalu naif juga apabila di pecah belah antara karya populer dan tidak populer. Terlalu picik malahan apabila ditinjau dari segmentasi pasar. Maka, sastra itu adalah kebebasan mutlak dari sang pembaca. Bukan kediktatoran penulis, paksaan penerbit, terlebih wewenang distributor –tak peduli kaliber besar maupun kecil—.
Bagi saya sastra, khususnya suatu karya sastra ialah stimulus yang baik untuk kembali mereproduksi karya. Ok, habis perkara dan titik!
rupanya gitu, kira saya seperti pengertiannya sudah baku, berarti setiap orang bisa menafsirkan sastra menurut pendapat pribadi ya ?
ReplyDelete(maaf sok tahu saya hehe........)
anggap saja ne kbebesan brpendapat, ilmu pengetahuan kan sesuatu yg dinamis, kita bkalan stak disatu posisi klo tk berupaya terus menggali dan mencari... (wah3... bijak bgt ye kata2 sya...he3... ^_^V)
Delete