Resensi Egyptologist: Memburu Raja Atum Hadu

Kaget ketika hasil tes menujukkan saya punya memori yang  bagus. Saya langsung mempertanyakan hal itu dengan psikolog yang ngetes. “Kamu lupa itu karena meremehkan sesuatu!” Waduh!!! Apa iya ya... Seperti postingan blog, yang rasanya sudah pernah diupdate. Eh, tau-taunya belum. Padahal baru konsep saja yang saya tulis dalam surat untuk Lady Elf, Queen of North Wood, hahahaha.
         
Sumber Foto: google.com


Ini review tentang buku berjudul “Egyptologist: Memburu Raja Atum Hadu.” Buku berat—dari segi isi—bagi saya. Buku yang sebenarnya tidak selesai saya baca, karena ada bagian tertentu yang saya lompat-lompati karena jalan cerita sudah dapat, tapi tidak tertarik dengan penjelasan detail.

Esai di Indonesia & Tingkat Kognitif

Adakalanya bahkan lebih sering, saat kita hendak memulai menulis kita harus melupakan sejenak tentang definisi.  Contohnya saja, untuk menulis sebuah esai. Adakalanya definisi juga dipengaruhi penerjemahan atau suatu kondisi negara tersebut. Kita bisa lihat seperti di Indonesia. Di negara kita tercinta ini, kata esai hanya digunakan untuk suatu tulisan di bidang seni maupun kebudayaan. Sebenarnya bisa saja disinonimkan dengan opini. Toh, dalam penulisannya juga perlu didasari pemakaian pemikiran yang kuat.  Yang bisa diwujudkan dengan runtun logika yang baik dan sumber referensi yang sesuai.
Sumber: Google.com

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...