“Jugun Ianfu .....” Marlena menjadi pucat
mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut tentara jepang yang masuk
belakangan.
“Marlena, lari....” ujar Lukman
dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Tentara Jepang yang berada paling dekat
dengan Lena menurunkan senjatanya. Ia menampar Lena berkali-kali, dan tanpa
ampun setelah Lena terperosok ke tanah, bahkan cairan merah mulai menetes dari
bibir pucat Lena. Ia menyambak dan menyeretnya ke arah luar. Perlawanan yang
diberikan Lena sungguh tak ada artinya bagi tentara yang terus tertawa seperti
setan itu, Lena menggelepar, menggeraskan badan, dan terus berteriak.