Pemuda itu berlari ke sana ke mari
Ia menggigil ketakutan
Ampun...ampun! teriaknya mengelak
Gigilnya semakin hebat saat amukan memuncak
“Maaf!” teriakknya dalam rintihan
Nyalinya sudah begitu ciut
Tatapan garang dan sinis tak henti terhujam
padanya
Bahkan saat emas dan perak terus mengalir
Lopo benar-benar bingung
Kerutan terus bertambah di dahinya
Orang tuanya kian menangis