PUISI Balada Ne’ Lopo

Pemuda itu berlari ke sana ke mari
Ia menggigil ketakutan
Ampun...ampun! teriaknya mengelak
Gigilnya semakin hebat saat amukan memuncak
“Maaf!” teriakknya dalam rintihan
Nyalinya sudah begitu ciut
Tatapan garang dan sinis tak henti terhujam padanya
Bahkan saat emas dan perak terus mengalir
Lopo benar-benar bingung
Kerutan terus bertambah di dahinya
Orang tuanya kian menangis

Cerpen; Gunung Wangkang

Liukan air yang mengekor indah sebenarnya adakalanya menakutkan. Seolah-olah, seperti seekor ular besar yang mengikuti motor air yang kami tumpangi. Tapi, ekosistem di tepian Sungai Kapuas mampu menghilangkan rasa takut itu. Terkadang di antara adik-adik atau bahkan saya sendiri ada kalanya berteriak antusias melihat monyet-monyet kecil atau tumbuhan yang begitu unik.

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...