Itu adalah Sebuah Analogi


Setelah mengalami beberapa lama perenungan, ternyata saya jadi lebih menyadari terdapat satu gaya bahasa yang sering sekali saya gunakan. Gaya tersebut terjadi dengan sendirinya,pengaruhi alam bawah sadar. Mungkin saja, teman-teman saya juga mengindentikkan saya dengan gaya bahasa itu. Analogi, yup... memang kerap kali saya gunakan. Analogi begitu saya gemari karena dapat menyederhanakan maksud yang diutaran dalam bahasa. Namun, adakalanya analogi yang saya gunakan membuat sang lawan bicara bertambah bingung. Malahan adakalanya juga, analogi yang saya gunakan itu membuat pecahnya tawa, ya lantasan bagian dari diri saya (yang biasa saya sebut dengan istilah proto melayu) muncul begitu saja tanpa rencana.


Terdapat satu peristiwa yang menyebabkan kegalauan pada diri ini. Di suatu forum resmi tingkat fakultas, seorang rekan dengan gampangnya menyamakan analogi dengan contoh. coba saja cek di http://kamusbahasaindonesia.org/analogi dan http://kamusbahasaindonesia.org/contoh
Analogi merupakan satu di antara gaya bahasa yang berciri menyamakan sifat di antara objek yang jelas berbeda, sedangkan contoh merupakan rujukkan langsung dari suatu pemaparan.

Di sekolah saya juga masih ingat, contoh analogi favorit ya... tentang "jamur yang berkembang marak di musim hujan" sebagai pengambaran perkembangan hal yang luar biasa di saat sedang tren. analogi yang sifatnya menyamakan juga awalnya membuat saya sempat salah paham. Pada kasus "jamur di musim hujan", pemikiran saya yang begitu imajinatif malah berspekulasi bahwa jangan-jangan tempat penjualan pulsa yang booming sejalan munculnya telepon genggam juga ada yang beracun seperti jamur. Jelas ini pemikiran sesaat karena (umumya) analogi hanya menyamakan satu sifat saja.

Analogi juga merupakan cara belajar yang menyenangkan, terutama dapat membantu memori. Suatu pemahaman yang penting dapat diingat dengan praktis apalagi setelah ditabah "sentuhan pribadi". Misalnya saja, saya yang sebelumnya begitu ribet hingga rsanya mengalami konslet otak karena binggung dengan konsep pendekatan dan teknik. bisa jadi kesimpang siuran dan kesesatan abadi jika hanya berdasarkan pendapat ahli yang diutarakan dengan bahasa-bahasa ajaib. Maka, saja mencoba menganalogikan sebagai berikut.
"jika suatu karya sastra diibaratkan sebagai seekor sapi yang sehat dan siap potong, maka pendekatan adalah sisi dari si sapi yang ingin diolah. Andaikata kita sudah menemukan pendekatan yang pas ialah 'sirloin' maka selanjutnya tinggal pilih dengan teknik pemotongan 'steak', rendang, atau sate. maka, hasil akhir adalah berdasarkan pendekatan dan teknik adalah analisis kita....

semoga saja logika beranalogi yang saya lakukan masih tetap di jalur...

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...