Kritik Cerpen Nasehat untuk Anakku karya Motinggo Busye

Judul Cerpen : Nasehat Untuk Anakku
Pengarang : Motinggo Busye


Sarana pembelajaran tidaklah harus selalu merupakan buku-buku teks yang tebal dan kaku. Hal inilah yang ingin disampaikan oleh Motinggo Busye lewat cerpen Nasehat Untuk Anakku. Cerpen tersebut mengambarkan upaya seorang ayah memberikan nasihat pada anaknya lewat kutipan buku harian yang dimilikinya. Cara seorang ayah yang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda dengan sang anak untuk membagi berbagai pengalaman hidupnya.
Latar yang berbeda tersebut dideskripsikan pengarang dengan baik sebagai pengantar cerita. Latar waktu saat Indonesia berada di era awal kemerdekaannya begitu kental mendominani suasana cerita. Pengambaran tentang begitu minimnya keadaan pembangunan, perkembangan politik, dan perekonomian Indonesia, seperti keadaan transportasi darat yang begitu sulit dan Irian Barat yang belum terintegrasi dengan NKRI.

Flashfiction Tebakan Misterius

Sebelum membaca tolong diperhatikan, bahwa tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kuis tebak-tebakkan dengan hadiah berupa nominal atau hal tertentu. tulisan ini diawali oleh tebakan yang sampai sekarang masih belum ditemukan jawabannya.

Semua bermula saat saya ditempatkan di sebuah sekolah. Hari-hari pertama merupakan tahap adaptasi dengan keadaan sekolah, entah dari fisik maupun rohani sekolah. Sosok itu begitu menarik perhatian saya. Beliau duduk tepat sejajar dengan posisi meja saya, sehingga membuat saya memiliki sudut yang begitu nyaman untuk memperhatikannya. Sebelumnya, tak ada yang menarik perhatian dari sosoknya yang tak jauh berbeda dari para guru lainnya. Berangkat dari keisengan yang diharap mampu membunuh waktu, dalam kelakar saya menyapa seorang rekan dan mengajukan wacana tentang sebuah tebakan. Berapa kira-kira usia sosok di seberang saya, yang kiranya kelihatan perlu usaha yang begitu keras untuk mengoreksi tugas-tugas siswanya. Sosok yang telah begitu ringkih itu tampak diperlambat oleh daya lihat indera yang telah begitu aus oleh waktu. Demi memudahkan pekerjaannya tersebut sang ibu, tidak hanya dibantu oleh kaca mata tapi ditambah lagi oleh kaca pembesar yang selalu siap sedia.

Mungkin usia sang ibu sama halnya dengan republik kita ini.
Sosoknya begitu rapuh diantara jasmani-jasmani tegap lainnya. Saya juga menjadi makin penasaran untuk mengetahui bukan hanya usia si Ibu tapi juga motifasinya untuk terus mengajar. Kesemua hal itu masih menjadi misteri. Sosok beliau terasa begitu menyayat, karena seharusnya di masa-masa ini beliau membujurkan kaki di rumah. Selain itu, etos kerjanya juga menohok jasmani-jasmani yang tampak tangguh namun sepi dalam pengabdian. Saya saja kalau punya kesempatan untuk tidak hadir pasti akan dengan senang hati tidur sampai siang di rumah.

Resensi Fortunately The Milk Karya Neil Gaiman

Buku cerita anak yang saya baca ini merupakan terbitan Gramedia pada tahun 2014. Karya Neil Gaiman yang diterbitkan pertama kali pada tahun ...